Peringatan (boleh diabaikan) !...Menelusuri Weblog ini dapat menyebabkan cerdas, bijaksana, serangan kantuk, serta ganguan terhadap stagnasi pikiran!.......Menulislah engkau, selama engkau tidak menulis engkau akan hilang dari masyarakat dan pusaran sejarah (Pak De Pram "Pramoedya Ananta Toer").
SINGAPURA dan TIKUS PENGERAT
Wednesday, August 16, 2006
Photobucket - Video and Image Hosting

Tikus merupakan binatang kecil, hidup ditempat yang lembab dan kotor, jika berada disekitar rumah kita, mungkin akan merasa jengkel dengan beneradaanya, Apalagi jika berulah, benda yang ada dirumah kita seperti kayu plafon, buku, pakaian, sabun mandi dikeratnya (dimakan sedikit-sedkit secara terus menerus) sampai habis tanpa kita tahu tiba-tiba benda tersebut tinggal separuh atau bahkan habis dikeratnya. cerita Tikus pengerat diatas tidak berbeda dengan negara tetangga kita yaitu Singapura, yang membuat-ulah akibat reklamasi pantai dengan menggunakan pasir laut dari kepulauan Indonesia.

Mempritahinkan memang kondisi bangsa Indonesia saat ini, disaat berbagai bencana yang mendera, dan masih menghantui setiap saat, kini kita dicemaskan dengan ancaman kehilangan pulau-pulau di sejumlah daerah terutama di wilayah Kepulauan Riau dan sekitarnya. Hilangnya pulau-pulau ini bukan akibat dahsyatnya gelombang tsunami, dijual ke pihak asing atau kalah sengketa di Pengadilan Internasional (kasus Sipadan-Ligitan), akan tetapi kepulauan kecil tersebut hilang karena diambil pasirnya untuk dijual ke Singapura, hingga terjadi abrasi pantai sampai lenyap.

Pulau Tenggelam
Bila melintas dengan speed boat dari Batam menuju Indragiri Hilir, SumSel, kita dapati pemandangan yang mengerikan. Anehnya, di antara penumpang speed boat itu tidak ada yang mengenal nama pulau itu. Jaraknya dari pantai Nongsa Batam sekitar 20 menit perjalanan. Tampak jelas seperti Pulau Nipah yang akan tenggelam ditelan laut, bahkan lebih parah lagi. Kalau Nipah masih terlihat daratannya, pulau merana itu hanya berdiri dua pohon besar tanpa terlihat daratannya. Sedangkan dari kejauhan tampak gedung-gedung jangkung Singapura (Suara Pembaharuan). Suatu pemandangan yang kontras.

Diperkirakan 200-300 juta meter kubik per tahun pasir laut asal Kepulauan Riau diekspor secara ilegal ke Singapura. Menurut laporan hampir 85% pasir laut yang diimpor Singapura berasal dari Indonesia. Dengan mengimpor pasir laut asal Indonesia, menurut dia, Singapura mampu meningkatkan luas daratannya dari 580 km2 pada 1960 menjadi 660 km2 pada 1999, atau bertambah luas sekitar 25% (Media Indonesia). Proyek reklamasi yang sudah selesai antara lain proyek lapangan terbang Changi I dan II, proyek East Coast, dan proyek Tanjung Rhu. Tahun 2004, Singapura membutuhkan pasir laut sekitar 800 juta meter kubik. Sampai tahun 2010, kebutuhan pasir laut Singapura mencapai 1,6 miliar meter kubik untuk beberapa proyek reklamasi, seperti proyek North Eastern Islands (Pulau Ubin dan Pulau Tekong).

Persoalan di Seputar “Ekspor” Pasir Laut.
Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri, Akibat praktik penambangan dan perdagangan pasir laut secara ilegal, negara mengalami kerugian sekitar Rp1,5 triliun per tahun, belum lagi kerusakan terhadap lingkungan dan ekosistem laut yang tentunya akan merugikan nelayan. Masalah itu disikapi Pemerintah dengan mengeluarkan larangan impor pasir laut melaui Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2002 tentang Pengendalian dan Pengawasan Pengusahaan Pasir Laut. Jadi persoalan pasir laut tersebut bukan hanya sekadar masalah perdagangan.

Persoalan yang juga penting adalah masalah kedaulatan Indonesia. Karena, pihak Singapura sampai sekarang belum menandatangani batas wilayah lautnya. reklamasi yang terus-menerus terjadi di Singapura, dikhawatirkan daratan Singapura akan menjorok ke arah Indonesia. Sehingga, akan berpengaruh terhadap perbatasan teritorial antara dua negara. Adanya Kepres No 33 Tahun 2002, tentang pelarangan Perdagangan Pasir Laut, belum cukup untuk menghentikan aktivitas penambangan pasir laut, ini perlu menjadi perhatian semua pihak, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, TNI-AL, juga masyarakat, agar wilayah kita tidak di gerogoti si "tikus pengerat" Singapura.
 
madhayudis's . at 10:03 AM | Permalink


0 Komentar: