Peringatan (boleh diabaikan) !...Menelusuri Weblog ini dapat menyebabkan cerdas, bijaksana, serangan kantuk, serta ganguan terhadap stagnasi pikiran!.......Menulislah engkau, selama engkau tidak menulis engkau akan hilang dari masyarakat dan pusaran sejarah (Pak De Pram "Pramoedya Ananta Toer").
Fallacy of Dramatic Determinism
Friday, November 16, 2007
Fallacy of Dramatic Determinism

Istilah yang panjang ini sebetulnya hanya unutk menjelaskan kebiasaan orang yang menganggap masalah sosial yang terjadi sekarang sebagai sesuatu yang secara historis selalu ada, tidak bisa dihindari, dan akibat dari sejarah yang cukup panjang. Determinism selalu saja memperhitungkan masa silam ketimbang masa mendatang.

Misalnya, ada masalah sosial yang bernama pelacuran atau prostitusi. Sebagian orang mengatakan: “mengapa pelacuran itu harus selalu di larang?Sepanjang sejarah pelacuran itu ada dan tidak bisa dibasmi. Oleh karena itu yang harus kita lakukan bukan menghilangkan pelacuran. Melainkan melokalisasikannya agar terhindar dari dampak-dampak yang tidak diinginkan. Karena, sekali lagi pelacuran itu sudah ada sepanjang sejarah.

Dengan demikian cara berpikir seperti ini selalu mengambil acuan “kembali kebelakang” atau “historis”. Karena itu kesalahan berpikir ini disebut restrospective (melihat kebelakang). Determinisme restrospective adalah uapaya kembali pada sesuatu yang sekan-akan sudah ditentukan (determined) didalam sejarah yang telah lalu.

Orang yang memiliki kesalahan berpikir semacam ini, umpamanya, melihat perpecahan umat Islam sekrang ini sebagai sesuatu yang lumrah dan terjadi sepanjang sejarah. Bahkan, bahkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Perpecahan dikalangan sahabat sudah terjadi. Seperti yang tampak pada peristiwa pada Saqifah bani Sa’idah. Karena itu perpecahan tidak usah kita hilangkan. Malah perpecahan itu kita leatrikan saja. Paling-paling kita akan mengaturnya melalui management of conflict. Pikiran yang begitu sebenarnya sudah terjebak pada fallacy of restrospective determinism.

Contoh lainya adalah masalah kemiskinan. Orang yang berpendirian seperti diatas. Akan mengatakan bahwa kemiskinan sudah ada sepanjang sejarah. Dari dulu ada orang kaya dan miskin. Mengapa orang sekarang mesti ribut-ribut membrantas kemiskinan. Padahal kemiskinan tidak bisa diberantas, sudah ada sejak zaman Baheula.

Kang Jalal (Jalaludin Rahmat), “Rekayasa Sosial, Reformasi atau Revolusi”, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.


 
madhayudis's . at 6:35 PM | Permalink


0 Komentar: