Gendjer-gendjer neng ledokan pating keleler
Emake thole teka-teka mbubuti gendjer
Oleh satenong mungkur sedot sing tolah-tolih
Gendjer-gendjer saiki wis digawa mulih
Gendjer-gendjer esuk-esuk digawa nang pasar
didjejer-djejer diunting pada didasar
emake djebeng tuku gendjer wadahi etas
gendjer-gendjer saiki arep diolah
Gendjer-gendjer mlebu kendil wedange umob
setengah mateng dientas digawe iwak
sega sa piring sambel penjel ndok ngamben
gendjer-gendjer dipangan musuhe sega
(inti dari arti lagu diatas menceritrakan tentang kondisi masyarakat Banyuwangi akibat penjajahan, Genjer adalah sejenis tanaman gulma atau penggangu yang banyak hidup tersebar di areal persawahan, di wilayah Tapal kuda (Jember, Banyuwangi, Bondowoso Dll) tanaman ini banyak dimanfaatkan sebagai lauk dengan ditumis atau dimasak sayur Pecel. Ia tumbuh sendiri, siapa saja boleh mengambil tanpa perlu menunjukkan status, tanpa harus membayar, tidak juga berurusan dengan birokrasi yang kadang tidak berpihak pada mereka yang tidak berpunya. siapapun bebas mengambil dan memanfaatkanya)
Lagu Genjer-genjer diciptakan M. Arif adalah lagu masyarakat suku "USING" (sub-suku Jawa) Banyuwangi ini memang sangat bernada sosialis/kerakyatan, sebagai refleksi penciptanya atas realitas sosial masyarakat Banyuwangi saat itu pasca penjajahan. Lagu ini dibajak PKI sebagai lagu penyemangat gerakannya yang kemudian begitu pupuler ditahun 60'an terutama di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah, yang sejak pemberontakan yang berdarah- darah G 30 S PKI dilarang oleh Pemerintah Orba untuk dinyanyikan karena di plesetkan menjadi "Jendral-jendral". Tapi kini tidak ada PKI dan atau Idiologinya lagi, yang masih ada adalah ketidakadilan, kemiskinan, kebodohan dan juga korupsi yang mengurat akar di sekitar kita,Terlepas dari segala Kontroversi dan Fenomena lagu ini
mari kita nyanyikan kembali Lagu "Genjer-genjer" sambil berbuat demi INDONESIA yang lebih berkeadilan dan mensejahterakan.