Peringatan (boleh diabaikan) !...Menelusuri Weblog ini dapat menyebabkan cerdas, bijaksana, serangan kantuk, serta ganguan terhadap stagnasi pikiran!.......Menulislah engkau, selama engkau tidak menulis engkau akan hilang dari masyarakat dan pusaran sejarah (Pak De Pram "Pramoedya Ananta Toer").
Ijazah itu Candu
Sunday, November 12, 2006
Katanya, kalau tidak diiringi dengan kedewasaan dan sikap bijak, ijazah hanya menjadi gelar feodalisme baru. Aku bukan pakar pendidikan, kata-kata ini berdasarkan apa yang kulihat.

Masyarakat banyak yang menganggap kalau anaknya sekolah, nanti akan mendapatkan pekerjaan mapan dengan gaji dan kesempatan kakir bagus. Ini artinya mereka mencita-citakan anaknya menjadi karyawan atau Labor yang bekerja pada pihak lain. Sekolah menjadi kegiatan ekonomi yang mensuplai tenaga kerja, kepada para kapitalis atau negara.

Jadi buruh itu mulia, tetapi buruk jika mental para pemuda melulu dicekoki kata-kata: sekolah sampai tinggi, raih nilai terbaik, cari kerja yang ok dan rajin menabung. Para pencari kerja akan kebingungan jika lapangan kerja tidak cukup menampung. Umur udah tua, duit masih disubsidi, pacar minta dilamar,.....what so

Seringkali kulihat malahan orang-orang yang droup out sekolahan yang menyediakan lapangan kerja. Mulai dari Bill Gates pengusaha Tape sampai juragan krupuk di kampungku di Jember. Ada yang memang menjadi pilihan, ada pula yang kaya diawalio dengan keterpaksaan karena tak ada yang menerima kerja dengan gaji yang diinginkan tanpa selembar ijazah. Sementara orang-orang sekolahan terbiasa dengan kemanjaan finansial dan didik untuk tidak berbuat salah termasuk nyontek.

Disatu sisi ini mengajarkan sportifitas untuk tidak berbuat curang, tetapi adalah kecelakaan yang fatal jika dikehidupan nyata orang tidak bisa bekerja sama. Di sekolah jika berbuat salah passti mendapat nilai jelek. Di dunia nyata, orang harus pandai bekerja sama dan copicating (nyontek). Orang harus berani salah dan ambil resiko dalam bisnis, misalnya.Apalgi berbicara soal permodalan uang, bank-bank tak ada yang menanyakan berapa nilai rapor atau IP kumulatif, yang mereka lihat adalah finanasial statement yang tidak diajarkan di sekolah. Impian science for job bisa hanya menjadi science for science atau bahkan science for silance (baca: nganggur).
Lagi, orang sekolahan punya gengsi tinggi, dan itu serin menghalagi untuk mau bersusah-susah dulu utnuk bersenang-senang kemudian. Untuk berwiraswasta misalnya, haus mulai dari nol, abahkan seandainya harus mewarisi mesin uang orang tuanya, minimal secara mental dan emosional pun harus mau “kesakitan”.

Tiga, aku sudah tahu kemana aku pergi kalau hanya ingin sebuah pekerjaan (sok, lu!). Nyatanya banyak orang yang ngajak aku gabung, tak peduli bagaimana IP ku, tapi….! Atau bisa juga semoga ini tak terjadi – aku cari kursi dosen di kampusnya saudara (KKN- lah!)
 
madhayudis's . at 12:43 PM | Permalink


1 Komentar:


At 11:11 AM, Anonymous Aksi Cepat Tanggap

visit http://act.id for For volunteerism, philantrophy dan humanism #LetsHelpRohingya