Peringatan (boleh diabaikan) !...Menelusuri Weblog ini dapat menyebabkan cerdas, bijaksana, serangan kantuk, serta ganguan terhadap stagnasi pikiran!.......Menulislah engkau, selama engkau tidak menulis engkau akan hilang dari masyarakat dan pusaran sejarah (Pak De Pram "Pramoedya Ananta Toer").
POLITIK ITU KOTOR.....?
Wednesday, April 08, 2009
Fitnah atau saling jegal, saling sikut, saling tendang? Inikah realita politik itu kejam?.....Lalu ada semacam persepsi publik yang dibangun dengan mengatakan “memang begitulah politik, makanya jangan bawa-bawa agama dalam politik, nanti malah agama itu yang kotor”. Biar kami saja yang mengurus panggung politik yang kelam ini, demikian kata seorang preman. Jika hanya itu cara pandang dan persepsi politik calon wakil rakyat kita bahkan masyarakat umum, maka pantas rakyat kadang tidak mengenal siapa wakilnya atau calon pemilih akan apatis dalam setiap pemilu, maka ini adalah cara yang tidak benar.

Fakta hakiki berpolitik adalah pengaturan sebagian urusan masyarakat. Tindakan ini tidak mungkin terjadi jika persepsi pelakunya terpolusi pada keyakinan bahwa dalam mengatur masyarakat bisa menggunakan beragam cara, termasuk cara-cara kotor itu. Secara bahasa politik, berasal dari kata serapan bahasa inggris “politic” yang artinya generalnya “kekuasaan untuk mengatur” dan dalam bahasa arab di istilahkan “Siyasah” yang berasal dari turunan kata “sas-yasusu-silasatan” yang artinya “mengurus”. Jadi Fakta politik secara bahasa adalah mengatur atau mengurus.

Dalam politik kita juga mengenal apa yang disebut dengan istilah ideologi atau suatu pemikiran yang mendasar artinya suatu pemikiran yang membahas tiga masalah dasar manusia (ultimate concern), yaitu dari mana kita berasal, mau apa kita didunia ini, dan mau kemana kita setelah mati. Jawaban dari tiga pertanyaan tersebut pengantarkan kita pada jawaban yang beraneka ragam. Bisa benar dan bisa salah. Ideologi inilah yang membuat pandangan tentang politik itu berbeda.

Memahami istilah politik tadi sebenarnya diharapkan dapat dengan selektif menerima dan mempelajarinya lebih jauh sehingga dalam rangka menuju perubahan dibutuhkan suatu kesinergian antara masyarakat dan wakil-wakilnya yang juga ikut mengawasi jalanya pemerintahan. Dan itu harus kita mulai dari sekarang sehingga persepsi politik yang negative tentang politik itu “kotor’ dan sebagainya. Tidak dapat diperankan lagi oleh mereka yang berwawasan minim tentang politik ini. Akhirnya jangan2 hanya “merubah diri saja” tanpa ingat hakekat “siapa dirinya” sebagai wakil rakyat kelak.



 
madhayudis's . at 6:58 PM | Permalink


1 Komentar:


At 8:37 PM, Blogger joe

Sebenarnya politik itu tidak kotor, tapi orang-orang yang belakangan ini mengotorinya, para pendahulu kita, seperti Soekarno - Hatta sebenarnya bisa mengajarkan bagaimana berpolitik secara santun dan elegan, sayang kita tidak bisa bercermin dari mereka...